Selasa, 10 November 2015

DIKSI (PEMILIHAN KATA)


Definisi Diksi
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.[butuh rujukan] Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Diksi terdiri dari delapan elemen: Fonem, Silabel, Konjungsi, Hubungan, Kata benda, Kata kerja, Infleksi, dan Uterans.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pemilihan kat yang tepat dan selaras dalam penggunaanya sehingga dapat memberikan kesan / makna / efek sesuai dengan harapan. Adapun fungsi diksi ialah:

• Mudah dipahami. Pemilihan diksi yang tepat dan selaras akan memudahkan pembaca atau pendengar lebih mudah dalam memahami arti kata atau makna kalimat atau gagasan yang hendak ingin disampaikan.  Pemilihan diksi dilakukan dengan memperhatikan situasi yang sedang berlangsung. 

Misal dalam menulis buku cerita yang memiliki tujuan anak-anak remaja sebagai sasaran pembaca, maka gunakanlah kata-kata sederhana yang mudah dipahami dengan demikian pesan moral yang ingin disampaikan akan sampai pada hati pembaca. begitupula misalnya saat rapat yang mana suasana adalah formal maka gunakan kata-kata yang baku, sesuai aturan EYD. Dengan demikian, hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihilangkan.

• Mendapatkan tujuan. Dengan menggunakan diksi yang tepat, maka peluang untuk mendapatkan tujuan lebih besar. Hal ini karena komunikasi yang berlangsung sangat efektif selain itu pemilihan kata yang sesuai dengan suasana resmi ataupun tidak resmi akan menciptakan ekspresi tertentu yang dapat menyenangkan pendengar atau pembaca.

Kata yang digunakan menunjukkan makna yang ingin diutarakan. Namun demikian, seringkali kata yang digunakan memiliki arti yang berbeda dengan makna itu sendiri. oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk menggunakan diksi yang akan digunakan, maka harus pembicara atau penulis harus memahami makna dan relasi kata. 

Menurut Chaer, makna kata dapat dibedakan menjadi:

a. Makna denotasi dan Makna konotasi

Merupakan denotasi merupakan makna yang sesungguhnya yang sesuai dengan pengertian kamus besar bahasa Indonesia. Contoh: kata “miskin”, dalam pengertian denotasi artinya ialah keadaan seseorang yang kurang dalam hal finalsial. Sementara itu makna konotasi yaitu makna lain atau makna yang bukan sebenarnya yang mungkin hanya dapat dimengerti oleh beberapa orang saja yang bersangkutan. 

Contoh: kata “alarm” dalam kalimat, “ kamu selalu datang tepat waktu,  alarm jam kamu bagus”.  Kata alarm dalam kalimat tersebut merupakan kata konotasi untuk menunjukkan makna kata “disiplin”.  Kata konotasi yang bertujuan untuk memuji disebut knotasi positif sedangkan konotasi yang mengejek atau menyindir disebut konotasi negatif. 

b. Makna leksikal dan makna gramatikal

Yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi atau yang memang nyata dalam kehidupan. Contoh: bakteri Salmonella sp. Menyebabkan penyakit tipus. Sedangkan makna gramatikal yaitu makna kata yang menyatakan makna jamak, menunjukkan suatu jumlah. Contoh: ada buku-buku baru di perpustakaan. Artinya ialah banyak buku baru yang datang di perpustakaan.

c. Makna referensial dan nonreferensial

Yang dimaksud dengan makna referensial yaitu kata yang mengacu atau menunjukkan kepada sesuatu. Contoh: buku biologi ada di Rak no. 7. Kata “rak no.&” merupakan frase yang menunjukkan makna referensial. Sedangkan makna nonreferensial adalah kebaikan dari kata referensial. contoh: baru saja aku membaca buku itu, tetapi aku lupa meletakkannya. Kata “tetapi” merupakan kata yang menunjukkan makna nonreferensial. 

d. Makna konseptual dan makna asosiatif

Makna konseptual merupakan makna suatu kata yang menunjukkan deskripsi kata tersebut. Contoh: pangeran pergi menunggang unta. Kata “unta” memilki makna konseptual yaitu binatang gurun berkaki empat yang dapat dijadikan sebagai alat transportasi. Sedangkan makna asosiasi merupakan makna kata yang menunjukkan hubungan yang terkait dengan kata tersebut. Contoh: kata merah memiliki hubungan berani sedangkan kata merpati dihubungkan (asosiasi) dengan kesetiaan.

e. Makna kata dan makna istilah 

Makna kata akan terlihat jelas ketika kata tersebut digunakan dalam sebuah kalimat. contoh: kata “dingin” dapat berarti mengenai suhu atau cuaca, atau menunjukkan sikap seseorang. Sementara itu makna istilah merupakan makna yang bersifat pasti atau mutlak. Hal ini karena makna istilah hanya digunakan dalam bidang-bidang tertentu. Contoh: kata dingin di atas jika digunakan dalam bidang ilmu pengetahan alam maka memiiki makna pasti menunjukkan suatu suhu.

f. Makna kias dan lugas

Makna kias ialah kata atau frase yang biasa digunakan untuk mengatakan makna secara tidak langsung. Biasa digunakan dalam majas atau peribahasa. Contoh: jangan sampai terjerat lintah darat. Frase lintah darat menunjukkan makna kias yang berarti adalah rentenir. Sedangkan makna lugas adalah kebalikan dari makna kias. Artinya dalam makna lugas terang-terangan menyebutkan makna yang sesungguhnya. Contoh: sepertinya hampir semua pejabat negara adalah koruptor. 

Dalam memilih diksi harus mempertimbangkan kesesuaian dan ketepatan kata. Perhatikan syarat-syarat berikut untuk menentukan kesesuaian diksi:

1. Hindari pengggunaan bahasa substandar dalam situasi formal.
Bahasa standar ialah merupakan tutur bahasa yang biasa digunakan oleh  mereka kalangan menengah ke atas,  atau yang mengenyam pendidikan tinggi. Sementara itu, bahasa nonstrandar kebalikannya, biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari orang umum.

2. Menggunakan kata ilmiah dalam kondisi tertentu saja, selebihnya gunakan kata popular. Kata ilmiah merupakan kata yang biasa digunakan dalam tulisan ilmiah atau kata yang jarang digunakan oleh orang-orang awam, hanya kalangan tertentu saja yang menggunakan. Contoh, dalam jurnal ilmiah menggunakan kata ilmiah. Sedangkan ketika berbca maka gunakanlah kata popular, halini karena agar makna yang disampaikan dalam jurnal dapat dimengerti oleh semua pendengar.

3. Hindari jargon yang dapat dibaca oleh publik. Jargon merupakan kalimat atau frase dalam bahasa tertentu yang hanya dimengerti oleh beberapa orang. Oleh karenanya dalam memilih kata hindari jargon karena orang lain belum tentu memahaminya.

4. Hindari pemakaian kata – kata slang. Kata slang merupakan kata non standar yang digunakan dalam percakapan dengan teman sebaya. Pengunaan kata slang saat formal tentu tidaklah baik.

5. Hindari ungkapan-ungkapan yang telah usang

6. Hindari bahasa atau kata artifisial yaitu rangkaian kata yang disusun secara kreatif untuk menimbulkan rasa seni. Contoh: harum bunga mawar terberai terbawa angn sampai ke penciumanku. 

7. Hindari penggunaan kata – kata atau kalimat percakapan dalam penulisan.  Hal ini karena kata- kata dalam percakapan merupakan kata nonformal, sehingga tidak baik ketika digunakan saat menulis hal-hal yang bernuansa ilmiah.

Berikut merupakan macam hubungan makna yang terbentuk antar kata:

1. Sinonim. Merupakan kata – kata yang memiliki kesamaan makna. Contoh: Pintar dengan pandai, kurus dengan langsing. Meski memiliki kesamaan makna, kata-kata dalam sinonim memiliki kesan masing-masing seperti halu atau kasarnya.

2. Antonim. Sekelompok kata yang memiliki makan yang berlawanan dengan kata lain. Contoh: tinggi dengan pendek, pesek dengan mancung, dan ainnya.

3. Polisemi merupakan kata yang menunjukkan satuan bahasa yang dapat memiliki banyak makna. Contoh: anak asuh, anak tangga, anak durhaka, anak sholeh. Dan lain-lain.

4. Hiponim merupakan makna kata yang tercakup dalam kata lain. Contoh: melati merupakan hiponim dari bunga.

5. Hipernim merupakan kata yang mencakup kata lain. Kebalikan dari hiponim. Contoh: bunga merupakan hipernim dari melati, mawar, kenanga dan lain-lain.

6. Homonim merupakan sekelompok kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi tapi memiliki arti yang berbeda. Contoh: (1)Hak asuh anak jatuh kepda ibunya;  dengan (2) wanita itu memakai sepatu berhak tinggi. Pada kalimat pertama hak berarti kepemilikian sedangkan pada kalimatkedua artinya bagian sepatu. Atau (1) ular ini mengeluarkan bisa yang sangat berbahaya; dengan (2) kamu pasti bisa menghadapinya. Bisa pada kalimat pertama artinya racun sedangkan bisa pada kalimat kedua artinya kemampuan.

7. Homofon merupakan sekelompok kata yang memilikikesamaan bunyi namun ejaan dan arti berbeda. Contoh: (1) bulan ini saya mendapat bunga bank sebesar 3% ; dengan (2) bang, pesen somay satu piring.

8. Homograf yaitu kata yang memiliki tulisan sama namun bunyi dan arti berbeda. Contoh: (1) Saya sudah sampai di Serang, bu; (2) andi diserang kawanan begal. 


 Contoh diksi ( pemilihan kata) yang  yang tidak tepat

Pada bagian ini akan menjelaskan tentang kesalahan pembentukan kata yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Di bawah ini salah satu contoh artikel yang di dalamnya masih terdapat kesalahan pembentukan dan pemilihan kata (salah diksi). Kemudian akan diperlihatkan bentuk yang benar yang merupakan perbaikannya.

Artikel : Dampak Pemanasan Global


Sumber : www.alpensteel.com

Dampak Pemanasan Global

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.

Iklim Mulai Tidak Stabil

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkankarena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Suhu Global Cenderung Meningkat

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

Gangguan Ekologis

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.


No
Salah Diksi
Perbaikan
Alasan/Analisis
1.
Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapaprakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapaperkiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Kata prakiraan merupakan kata tidak baku. Sedangkan kata perkiraan merupakan kata baku, yang memiliki kata dasar ‘kira’ dengan imbuhan per-..-an
2.
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere)akan memanas lebih daridaerah-daerah lain di Bumi.
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere)akan lebih memanas daripada daerah-daerah lain di Bumi.
Kata ‘akan memanas lebih dari’, sebaiknya diperbaiki dengan kata ‘akan lebih memanas daripada’ karena kata lebih biasanya diikuti oleh kata sifat dan kata daripada menunjukkan sebuah perbandingan sedangkan kata dari menunjukkan asal.
3.
Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil.
Akibatnya, gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil.
Kata ‘gunung-gunung es’ merupakan pemborosan kata karena gunung es hanya terdapat di daerah kutub, sehingga dapat ditulis ‘gunung es’ saja.
4.
Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi.
Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi.
Sebaiknya penggunaan kata ‘malah’ dihapuskan, karena pemborosan kata.
5.
Hal ini disebabkan karenauap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer.
Hal ini disebabkan olehuap air yang merupakangas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer.
Kata ‘disebabkan karena’merupakan bentuk padanan yang tidak serasi. Sebaiknya digantikan dengan kata ‘disebabkan oleh’. Dan sebelum kata ‘merupakan’perlu ditambah kata ‘yang’ sebagai penjelas.
6.
Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Kata ‘di mana’ merupakan pemborosan kata dan kata tersebut tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan.
7.
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata,sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan.
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara merata,sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan.
Kata ‘rata-rata’ menunjukkan suatu hasil perhitungan. Sehingga kata ‘rata-rata’ perlu diubah menjadi ‘merata’
8.
(Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini).
(Curah hujan di dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini).
Kata ‘di seluruh dunia’ sebaiknya di singkat menjadi ‘di dunia’ karena bagaimana pun juga dunia hanya ada satu.
9.
Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya.
Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering daripadasebelumnya.
Kata ‘dari’ berarti asal, sedangkan kata ‘daripada’ berarti perbandingan. Dalam kalimat tersebut membandingkan keadaan suatu daerah dengan sebelumnya. Sehingga kata ‘dari’ perlu diubah menjadi ‘daripada’.
10.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan darisebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan daripadasebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat.
Kata ‘dari’ perlu diubah menjadi ‘daripada’ karena dalam kalimat tersebut menunjukkan suatu perbandingan.
11.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya danmencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat.
Tanda koma pada kalimat tersebut lebih baik diubah dengan kata penghubung ‘dan’.
Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
  1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.
  2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
  3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
  4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
  5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
  6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
  7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini :
1.       Bahasa Standar dan Sub Standar
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya.
Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar. Bahasa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.

2.       Kata Ilmiah dan Kata Populer
Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata ilmiah melawan kata-kata populer. Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata populer. Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam diskusi-diskusi ilmiah.
Contoh:
Kata populer kata ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan konklusi

3.       Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian. Jargon adalah suatu bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca. Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.

4.       Kata Percakapan
kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer, kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar.

5.       Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas; bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja. Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.

6.       Idiom
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya, misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan, tidak akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan senagainya.

7.       Bahasa Artifisial
Yang dimaksud dengan artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni.
Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan.
Artifisial : Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan,
karena angin kepada kemuning.
Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan
bima sakti yang jauh.
Biasa :Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.
Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
Fungsi dari diksi antara lain :
  • Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
  • Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
  • Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
  • Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi, dan uterans.
Macam macam hubungan makna :
1.       Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.

2.       Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.

3.       Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.

4.       Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.

5.       Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.

6.       Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.

7.       Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.

8.       Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.

Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna :

•Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
  1. Makna Leksikal :  makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
  2. Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.
  3. Makna Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
  4. Makna Denotatif dan Konotatif :Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.  Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
  5. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif : Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
  6. Makna Kata dan Makna Istilah : Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.  Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
  7. Makna Idiomatikal dan Peribahasa : Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.  Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa .
  8. Makna Kias dan Lugas : Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.

Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :
  • Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
  • Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
  • Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
Contoh Paragraf :
 1). Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
 2). Liburan tahun ini Aku dan kawanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang.

1.      Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah
suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.

2.      Makna Umum dan Khusus
 Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.
-Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
-Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair  atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.

3.      Kata abstrak dan kata konkret.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.

4.      Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.

5.      Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.

Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar